Monday, October 13, 2008

Lollypop Playground

Akhirnya, pada saat liburan lebaran kemarin saya sempat mengajak anak anak bermain di playground Lollypop di Senayan City.
Tiket masuknya Rp 95.000/ anak (weekend) dan untuk orang dewasanya Rp 15.000. Tiket tersebut sudah bisa bermain sepuasnya di dalam playground tanpa ada batas waktu, dan sudah termasuk sekitar 3 koin untuk game, dan satu kali bermain di Velocity trampolin.
Velocity trampolin ini sudah pasti menjadi atraksi utama di dalam Lollypop. Ada 4 buah stage trampolin, dua untuk remaja dan dua untuk anak anak. Sebelum bermain, anak anak dipakaikan safety belt yang kelihatannya cukup kuat, dan pengawas trampolin tersebut akan mengatur tinggi ikatan pada pancang trampolin sesuai dengan umur dan keberanian anak tersebut. Semakin si anak berani melompat, ikatan tersebut bisa di atur supaya bisa melontarkan mereka ke ketinggian yang nyaris membuat mami mami sport jantung. Anaknya sendiri sih seru seru aja berteriak teriak keasikan.
Rasanya playground ini lebih seru dimainkan oleh anak diatas umur 5th. Yang sudah bisa berlarian sendiri tanpa di bantu oleh orang tuanya. Bagi 5th ke atas, mereka bisa menikmati lorong lorong di dalam soft play castle yang bisa ditelusuri sampai kira kira 4 tingkat ke atas.
Kalau sudah bosan, bisa mencoba perang bola foam di sebelah castle tersebut.
Sayang ada beberapa fitur mainan yang tidak dapat dipakai seperti mesin udara pelontar bola ditengah tengah ruangan tersebut (maintenancenya gimana nih?).
Selain itu ada juga beberapa corner yang menyediakan game nintendo wii, dan game game yang memakai koin ala Time Zone.

Untuk anak anak dibawah lima th, ada playground kecil khusus di pojok, yang menyediakan soft play area, dan beberapa mobil ala little tikes di sekitarnya.

Secara general, tempat ini berusaha untuk menyediakan entertainment untuk semua keluarganya. Mulai dari parents cafe di depan, live musik di dalam dan meja meja picnic untuk melepas lelah. Cuma saya sih tidak terlalu suka dengan live musicnya, yang lebih terkesan menganggu permainan anak anak dan membuat suasanan menjadi terlalu hiruk pikuk.
Penataan ruangannya sendiri sih biasa saja, agak terkesan berantakan malah, karena banyak loose furniture di sana sini. Yah, jadi seperti picnic di pasar kaget deh.
Cuma anak anak saya sendiri sih puas banget, terutama karena mereka bisa bermain sepuasnya tanpa takut mesti dipanggil sewaktu jam permainan mereka habis. :)
Pokoknya siap siap kaus kaki, dan ikutan lelah menunggui mereka berlari kesana kemari.

Aksara Bookstore Pacific Place



Waduh senangnya waktu pertama kali melangkahkan kaki ke dalam toko buku Aksara di Pacific Place ini. Dengan gaya fusion modern dan eclectic dibumbui dengan warna warna kayu yang hangat, toko buku ini rasanya bakal membuat kita betah browsing di dalamnya.
Yang seru lagi, bagian buku anak anaknya juga dibuat sedikit tertutup, di atas stage yang bisa dilalui oleh ramp (enak buat yang bawa stroller).
Di dalamnya, buku bukunya juga terlihat didisplay secara casual, jadi ngga takut untuk melihat lihat, dan banyak juga yang malah bertebaran di lantai. Anak anak saya jadi makin seru meraja lela di dalamnya.
Satu hal lagi, toko buku ini tidak terlalu besar juga, just the right size, jadi masih kedengeran kalau anak saya screaming memanggil 'mami', sewaktu saya keasikan sendiri melihat lihat buku di section lainnya.

Salah satu buku di Aksara ini yang menarik perhatian saya adalah Emily's balloon by Komako Sakai. Lantaran saya memang suka japanese style drawing, buku ini ceritanya simple dan gambarnya sooo cute. Tentang seorang anak kecil yang terobsesi dengan balloonnya :)
Harga sekitar Rp 165.000,- . Kalau ngga salah lagi ada promo sale berkaitan dengan kartu kredit Standard Chartered deh.

Saturday, October 04, 2008

Chocolate Museum Cologne

Ini masih salah satu oleh oleh dari trip saya ke Cologne, German.
Selain dari indahnya arsitektur gereja gereja, dinginnya udara dan damainya berjalan di pinggir sungai Rhein, rasanya kurang ok kalau belum mampir ke Schokoladen museum di pinggiran sungai, tidak jauh dari pusat kota. Apalagi saya adalah salah satu fans berat segala sesuatu yang berhubungan dengan coklat. :) Hanya sayang anak anak saya tidak ikut....
Schokoladen Museum ini berdiri megah dengan arsitektur yang modern di tepi sungai, paling asik menuju museum ini dengan berjalan kaki. Mudah untuk menemukan museum ini, tapi hati hati dengan jam bukanya. Saya ke sana pada hari Sabtu pagi jam 10, dan ternyata kalau Sabtu dan Minggu jam bukanya mundur jadi jam 11. Alhasil menunggu deh dibawah hujan gerimis...
Begitu masuk, aroma coklatnya sudah terasa, dan kebetulan pada saat saya kesana ada exhibition 100 tahun coklat Toblerone. Jadi bisa melihat sekilas tentang sejarahnya si coklat segitiga ini, dan packaging packagingnya waktu jaman dulu.
Begitu beli tiketnya (sekitar 6.5 Euro), bisa ambil gratis coklat mini Lindt di depan kasir, mmm..
lalu berjalan sedikit, ada lift keren berbentuk bulat yang naik turun ditengah tengah tangga berputar, otomatis teringat bahwa German adalah negara berteknologi canggih. (Di toilet yang sederhana pun keran airnya bermerek Grohe :)Di tengah tengah lorong, langkah kami terhenti lagi untuk mengambil coklat gratis berbentuk bulat...waduh...rasa bersalah langsung menyergap...naik berapa kilo ya...?
Tak lama di depan terlihat satu ruangan kaca berisi pohon pohon tropis, rupanya mereka ingin simulasi suasana dan temperatur di daerah tropis, tempat pohon Cocoa berasal. Begitu kita melangkah masuk terasa perbedaan drastis temperatur, dari hawa dingin menyejukan di luar, tiba di dalam jadi panasss...serasa di Jakarta... buru buru kami melangkah keluar.

Ruangan utama di museum ini adalah tempat di mana mereka memajang mesin mesin pengolah coklat, mulai dari proses pengolahan biji coklat sampai dicairkan, dicetak dan di packaging, dan diperagakan oleh beberapa wanita paruh baya berseragam putih putih.
Kemudian di sisi lain ruangan ini terdapat satu mesin coklat fountain emas yang keren abis, dibuat seperti pohon futuristis dengan buah cocoa emas mengilap. Di depannya ada beberapa petugas ramah yang menawarkan wafer stick untuk dicelupkan ke dalam fountain coklat tersebut... makan coklat lagiiii...

Selesai dari ruangan ini, kami menuju ke atas untuk melihat lihat artefak jaman Aztec yang memperlihatkan bahwa budaya coklat ini sudah terbentuk dari beratus ratus tahun yang lalu.
Favorit saya di ruangan atas ini adalah ruangan contoh toko toko coklat di jaman dulu, authentic sekali, dengan dus dus packaging coklat yang vintage.

Terakhir, sudah pasti kami mampir ke chocolate cafe di bawah dan memesan Hot Chocolate dan sepotong kue signature dari Museum ini ...yummmmm.
Dan sebelum pulang, tidak lupa belanja di supermarket coklat di sebelah cafe tersebut untuk oleh oleh anak anak di rumah :)